Read Time:11 Minute, 9 Second
cara doa dikabulkan, ramadhan

Ramadhan memiliki keterkaitan erat dengan doa. Salah satu keberkahan bulan Ramadhan adalah dikabulkannya doa-doa. Setelah menjelaskan ayat tentang kewajiban puasa Ramadhan, setelahnya Allah berfirman:

وَاِذَا سَاَلَکَ عِبَادِيۡ عَنِّيۡ فَاِنِّيۡ قَرِيۡبٌ ؕ اُجِيۡبُ دَعۡوَةَ الدَّاعِ اِذَا دَعَانِ ۙ فَلۡيَسۡتَجِيۡبُوۡا لِيۡ وَلۡيُؤۡمِنُوۡا بِيۡ لَعَلَّہُمۡ يَرۡشُدُوۡنَ

“Dan apabila hamba-hamba-Ku bertanya kepada engkau tentang Aku maka katakanlah sesungguhnya Aku dekat, Aku mengabulkan doa-doa orang yang berdoa apabila mereka berdoa kepada-Ku, karena itu hendaklah mereka menyambut seruan-Ku dan beriman kepada-Ku supaya mereka mendapat petunjuk.” (QS Al-Baqarah [2]:187)

Bulan Ramadhan ini adalah sarana kita untuk memanfaatkan kesempatan ini dengan memperbanyak doa kepada-Nya. Kemudian bagaimana caranya supaya doa-doa kita dikabulkan? Apa syarat-syarat yang harus dipenuhi supaya doa kita diterima? Berikut kami jelaskan beberapa syarat dan cara untuk terkabulnya doa. Cara-cara ini didasarkan dari khotbah Jumat yang disampaikan oleh Hazrat Muslih Mau’ud tanggal 21 dan 28 Juli 1916 yang diterbitkan di Al-Fazl 29 Juli dan 8 Agustus 1916. 

Memahami Kekuasaan Allah

Pertama, kita perlu memahami hal mendasar ini. Allah dengan kebijaksanaan dan rahmat-Nya yang tak terbatas memegang semua kunci doa kita. Allah tidak terikat oleh permintaan kita. Doa bukan seperti vending machine raksasa, apa yang kita minta kemudian akan keluar hasilnya, doa adalah sebuah hubungan komunikasi atau dialog dengan Dia yang mengenal kita lebih baik, dibanding kita mengenal diri sendiri. 

Allah adalah Raja segala raja. Orang-orang yang menganggap bahwa Allah harus menerima semua doa kita, dan tidak menolak satupun doa, maka sama saja kita menganggap bahwa kitalah yang menjadi raja sedangkan Tuhan sebagai pelayan, mereka adalah majikan sedangkan Allah adalah hamba, naudzubillah min dzalik. Selain itu, jawaban dari Allah Ta’ala bukanlah sarana untuk menguji kekuasaan Allah dan Sifat Maha Penolong-Nya, melainkan ini merupakan cerminan dari apa yang terbaik bagi kita. 

Doa erat kaitannya dengan iman. Kita yakin bahwa Allah mendengar setiap rintihan dan permohonan kita. Allah terkadang langsung menjawab doa kita, terkadang dengan cara yang tidak pernah kita bayangkan, tetapi bisa juga lebih lambat dari yang kita harapkan, dan terkadang Allah menundanya demi kebaikan yang lebih besar yang kita belum memahaminya. Jadi doa adalah tentang meyakini bahwa apapun yang terjadi, Dia adalah Tuhan kita, dan rencana Allah pasti yang terbaik. 

1. Dengarkan Allah, Dia Akan Mendengarkan Kita

Sekarang supaya doa kita terkabul langkah pertama ini sebenarnya terkait dengan diri kita sendiri, yaitu tindakan kita, ketulusan kita, dan usaha kita untuk hidup di jalan yang diridhai Allah. Ketika semuanya sudah selaras, baik perbuatan atau langkah kita menjauhi hal-hal yang meredupkan semangat kita, saat itulah doa kita semakin bersinar karena kita bergerak selaras dengan apa yang Allah inginkan dari kita. 

Hal ini bukan tentang kesempunaan mutlak, melainkan tentang perjuangan kita, tentang membuat pilihan dalam keseharian kita yang mencerminkna cinta dan takzim kepada Allah. Ini tentang melangkah seirama dengan kehendak-Nya, dan bergegas dalam menyambut seruan-Nya. 

Ketika Allah berfirman, (فَلۡيَسۡتَجِيۡبُوۡا لِيۡ), ‘Hendaknya mereka menyambut seruanku’ artinya jika kita ingin Allah mendengarkan kita, maka kita perlu mendengarkan Allah. Dalam ayat di atas, Allah tidak hanya meyakinkan bahwa dia dekat, tetapi Dia juga menetapkan persyaratan yang harus dipenuhi. Jadi doa adalah bukanlah sekedar kata-kata yang keluar dari mulut melainkan proses timbal balik antara kita dengan Allah, yaitu menyelaraskan diri dengan perintah-perintah-Nya. 

2. Mempunyai Keyakinan Mutlak pada Kekuasaan Allah

Syarat selanjutnya adalah memiliki keyakinan yang teguh bahwa Allah Maha Mendengar, Maha Mengabulkan. Ketika kita berdoa, kita yakin kita tidak sedang berdoa dalam kehampaan, kita sedang terhubung dengan Tuhan yang telah menciptakan alam semesta. 

Mungkin ada yang menyimpan keraguan, apakah mungkin Allah mampu mengabulkan doanya. Atas keraguan itu Allah Ta’ala telah menegaskan bahwa وَليُومِنُوْا بِي [hendaknya mereka beriman kepada-Ku]. Maksud iman atau yakin dalam ayat ini bukan sekedar bahwa kita yakin akan keberadaan Allah, tetapi kita juga yakin bahwa Allah juga Maha Kuasa untuk mengabulkan segala permintaan kita. 

Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda, 

أنا عند ظن عبدي بي 

“Aku seperti apa yang dipikirkan oleh hamba-Ku. (Sahih al-Bukhari, Hadits 7405). Di tempat lain beliau bersabda: 

 ادْعُوا اللّٰهَ وَأَنْتُمْ مُوقِنُونَ بِالإِجَابَةِ 

“Berdoalah kepada Allah dalam keadaan yakin akan dikabulkan.” (Jami’ at-Tirmidzi, Hadith 3479)

Jadi, supaya doa kita dikabulkan maka kita harus menghilangkan keraguan dan keputusasaan, sebaliknya kita harus memiliki keyakinan penuh bahwa Allah itu dekat, Maha Mendengar dan mampu mengubah hidup kita. Jika kita tidak yakin, maka bagaimana Allah akan mengabulkan doa-doa kita sedangkan kita sendiri tidak yakin bahwa Allah Maha Berkuasa Maha Berkehendak.

3. Jangan Menyerah

Syarat selanjutnya adalah tidak menyerah dan terus berusaha. Allah menyukai orang-orang yang tabah, yang terus kembali kepada-Nya lagi dan lagi. Kegigihan itu adalah bukti keimanan bahwa kita yakin kepada Allah sekalipun kita tidak melihat jalan kemajuan. 

Tetapi banyak orang yang ketika berdoa dengan penuh harapan, tetapi karena tidak sabar maka mereka menjadi malas dan meninggalkan doa. 

Perumpamaan orang yang cepat menyerah dalam berdoa itu adalah seperti orang yang sedang menggali sumur, dia telah menggali cukup dalam tetapi karena airnya belum kunjung keluar ia pun berhenti untuk menggali, padahal sumber airnya tinggal beberapa galian lagi. Seperti itulah orang yang berdoa, terkadang Allah cepat mengabulkan, tetapi terkadang Allah ingin melihat sejauh mana kegigihan kita. 

4. Bantulah Manusia maka Allah Akan Membantu Kita

Cara selanjutnya untuk meningkatkan kekuatan doa kita adalah dengan mengalihkan perhatian kita dengan memperbanyak amal saleh kepada sesama manusia.Dengan membantu sesama kita sebenarnya sedang memanfaatkan ikatan mendalam antara Tuhan dengan ciptaan-Nya. Mirip seperti orang tua yang akan berterimakasih kepada orang lain yang telah membantu anaknya, begitu juga Allah yang memiliki kecintaan terhadap semua makhluk-Nya juga akan menunjukkan kasih sayang dan dan membantu ciptaan-Nya. 

Rasulullah saw bersabda:

الرَّاحِمُونَ يَرْحَمُهُمُ الرَّحْمٰنُ ارْحَمُوا مَنْ فِي الأَرْضِ يَرْحَمْكُمْ مَنْ فِي السَّمَاءِ الرَّحِمُ

“Orang-orang yang mengasihi akan dikasihi oleh Ar Rahman, berkasih sayanglah kepada siapapun yang ada dibumi, niscaya Yang ada di langit akan mengasihi kalian.” (Sunan at-Tirmidzi, Kitab al-birri was-silati ‘an Rasulillah shallallahu ‘alaihi wasallam, Hadits 1924)

Jadi ketika kita mengharapkan pengabulan dari doa-doa kita, maka kita harus meningkatkan amal baik kita dengan membantu sesama manusia, insya Allah hal ini akan menjadi katalisator bagi turunnya karunia Ilahi. 

5. Memuji Sebelum Berdoa

Rasulullah saw memberikan nasihat kepada kita sebelum kita memulai doa, yaitu dengan memuji Allah dan bershalawat untuk Rasulullah saw terlebih dahulu. 

إِذَا صَلَّى أَحَدُكُمْ فَلْيَبْدَأْ بِتَحْمِيدِ اللَّهِ وَالثَّنَاءِ عَلَيْهِ ثُمَّ لِيُصَلِّ عَلَى النَّبِىِّ -صلى الله عليه وسلم- ثُمَّ لِيَدْعُ بَعْدُ بِمَا شَاءَ

“Jika salah seorang dari kalian sholat (dan akan berdoa) mulailah dengan memuja dan memuji Allah kemudian bersholawatlah kepada Nabi shollallahu alaihi wasallam kemudian berdoalah sesuai dengan yang ia inginkan. (Sunan at-Tirmidzi, Hadits 3477)

Memulai pujian dalam doa kita itu dicontohkan dalam surah Al-Fatihah. Surah ini dibuka diawali dengan mengagungkan Allah dan sifat-sifat-Nya yang utama sebelum beralih kepada doa untuk diberikan petunjuk. 

Allah akan mendengar orang-orang yang berdoa dengan rendah hati dengan cara mengagungkan sifat-sifat-Nya, maka Allah pun akan mewujudkan keagungan-Nya kepada orang yang berdoa seperti yang ia sebutkan.

6. Bershalawat Untuk Nabi Muhammad saw

Bershalawat untuk Rasulullah saw memiliki arti yang penting. Membaca shalawat bukan sekedar bacaan biasa, tetapi ia menjadi jembatan cahaya yang menghubungkan kita dengan Nabi saw, sehingga kita akan mendapatkan syafaatnya dan Allah pun akan menurunkan berkah kepada kita. 

Rasulullah saw mengajarkan kita bahwa ketika kita berdoa kepada Allah ingatlah juga bahwa doa-doa kita akan tertahan di antara langit dan bumi sampai kita bershalawat untuknya. (Sunan at-Tirmidzi, Hadits 486)

Hazrat Mirza Masroor Ahmad (aba) menjelaskan:

“Setiap orang harus ingat bahwa untuk mendapatkan keridhaan Allah, untuk mencapai cinta-Nya, dan supaya doa kita diterima di sisi Allah, kita memerlukan perantaraan dari Nabi Muhammad (saw). Cara terbaik untuk melakukan hal tersebut – seperti yang diriwayatkna dalam hadis – adalah dengan memohon keberkahan Allah kepadanya. Hadhrat Masih Mau’ud as juga telah menasihati agar shalawat harus banyak dibaca.” (Syarat Bai’at dan Tanggung Jawab Seorang Ahmadi, hal. 61)

7. Sucikan Diri dan Lingkungan Sebelum berdoa

Dalam berdoa penting juga kita untuk bersuci, seperti berwudhu, membersihkan pakaian dan lingkungan kita, hal ini berfungsi sebagai persiapan luar dalam sebelum kita menghadap Allah Ta’ala. Tindakan bersuci ini tidak saja sebagai bentuk rasa hormat tetapi juga menunjukkan kerinduan yang mendalam kepada Allah. 

Kebersihan fisik memiliki hubungan erat dengan kebersihan rohani. Kebersihan fisik dan lingkungan tidak hanya membentuk interaksi yang baik dengan masyarakat, tetapi juga mempengaruhi kerohanian kita untuk lebih dekat kepada Allah. 

8. Pilih Waktu dan Tempat yang Tepat

Suasana saat kita berdoa juga mempengaruhi kualitas dan fokus ktia dalam berdoa. Di tempat-tempat yang tenang dan menyendiri, ketika tidak ada hiruk pikuk duniawi, hal itu akan menjadikan kita lebih fokus dan khusyuk dalam berdoa. Waktu-waktu di seperti malam, waktu menjelang berpuasa, dan tempat yang sunyi merupakan suasana yang bagus untuk berdoa. 

Puasa Ramadhan memberi kita kesempatan besar untuk bangun malam untuk melaksanakan tahajud atau qiyamul lail. Pada saat seperti itu, doa kita, seperti yang dijelaskan oleh Hazrat Masih Mau’ud as, menjadi seperti anak panah yang dihujamkan dengan tepat mengenai sasaran. 

Tempat juga berpengaruh, bisa di ruangan khusus untuk berdoa di rumah atau di masjid atau tempat-tempat yang suci, seperti Masjidil Haram, Safa dan Marwa, Baitud Du’a dll. Tempat-tempat itu adalah tempat di mana tabir antara kita dan Allah terasa lebih tipis, dan hati kita menjadi lebih mudah menerima karunia Ilahi. 

9. Melakukan Instropeksi Diri

Dalam berdoa penting untuk kita mengintrospeksi diri akan kelemahan-kelemahan dan kekurangan kita, sampai kita menyadari bahwa ego kita telah ditundukkan sepenuhnya. Dalam kerendahan hati ini inilah kita memanjatkan doa, seperti anak yang sangat bergantung pada orang tuanya. 

Kerendahan hati kita di hadapan Allah Ta’ala akan membentuk diri kita yang sangat tergantung dengan Allah, layaknya bayi yang tidak berdaya. Kerendahan hati ini tidak saja mendekatkan kita pada kehendak-Nya tetapi juga meningkatkan tingkat pengabulan doa kita. 

10. Renungkan Nikmat Allah dan murka-Nya

Doa kita akan semakin mendalam dan tulus ketika kita menyeimbangkan antara harapan akan rahmat Allah dengan rasa takut akan murka-Nya. Merenungkan nikmat yang telah Allah limpahkan kepada kita akan mengisi hati kita dengan rasa syukur, sementara menyadari hukuman-Nya atas dosa-dosa kita akan menanamkan rasa takut pada diri kita sehingga kita berhati-hati dalam berbuat buruk. 

Keseimbangan ini  akan menjaga kerohanian kita, yang akan selalu termotivasi untuk berbuat baik dan ibadah dan menjauhi dosa-dosa. 

11. Bersemangatlah Dalam Berdoa

Keadaan fisik ketika berdoa juga penting. Mendekati Allah dengan kesiapsiagaan, semangat, dan hati yang teguh, akan menjadikan doa kita lebih makbul. Persiapan ini menunjukkan kesungguhan kita untuk mendapatkan bimbingan dan karunia-Nya. Kondisinya sama seperti ketika kita kedatangan tamu penting, maka kita akan mempersiapkan segala macam untuk menyambutnya, maka demikian pula saat kita menghadap kepada Allah, kita juga harus lebih bersiap. 

Rasulullah SAW bersabda:

واعلمُوا أنَّ اللّٰهَ لا يَستجيبُ دُعاءً من قلْبٍ غافِلٍ لَاهٍ

“Dan ketahuilah bahwa Allah tidak mengabulkan doa dari hati orang yang lalai dan sibuk bermain-main. (Jami’ at-Tirmidzi, Hadits 3479)

12. Mintalah Doa Secara Bertahap

Meminta sesuatu yang besar tentu merupakan hal yang lumrah, baik dalam kehidupan sehari-hari maupun dalam hal kerohanian. Kita tentu menginginkan permintaan yang besar dan banyak. Tetapi dalam berdoa mulailah dengan doa yang lebih kecil dan bersifat umum, hal itu akan menjadi semacam pemanasan bagi kita dan membangun ritme doa yang bertahap, sampai akhirnya mengarah pada doa yang lebih besar dan khusus. 

Pendekatan ini tidak hanya membantu dalam penyampaian doa-doa kita secara lebih jelas, tetapi juga mencerminkan percakapan yang umum, yaitu mulai dari yang luas atau bersifat umum lalu kemudian menyampit kepada hal yang spesifik. 

13. Terlebih Dahulu Ucapkanlah Doa yang Selalu Diterima Allah

Mulailah doa dengan doa-doa yang diterima secara universal, seperti doa-doa untuk mewujudkan keagungan Allah, peningkatkan derajat kerohanian junjungan kita Muhammad saw dan keluarganya, atau kemenangan Islam. Hal itu akan memberikan hal positif bagi permohohnan pribadi kita. Langkah ini menyelaraskan keinginan kita dengan kehendak Allah dan kebaikan seluruh umat manusia, sehingga hal ini meningkatkan kemungkinan doa yang lain untuk dikabulkan. 

Kesimpulan

Saat berpuasa di bulan Ramadhan kita harus mengetahui bahwa doa bukan sekedar ucapan saja, melainkan lebih luas lagi, meliputi percakapan yang mendalam dan tingkat kedekatan kita pada Allah. Cara-cara di atas adalah sarana untuk memperdalam percakapan ini sehingga menjadikannya lebih bermakna, lebih terfokus dan pad akhirnya dikabulkan oleh Allah Ta’ala. Semoga Allah memberikan karunia kepada kita untuk menjalankan cara-cara ini sebaik mungkin, dan semoga Allah mengabulkan doa-doa kita. Aamiin. 

Disarikan dari Al Hakam

Happy
Happy
0 %
Sad
Sad
0 %
Excited
Excited
0 %
Sleepy
Sleepy
0 %
Angry
Angry
0 %
Surprise
Surprise
0 %

Average Rating

5 Star
0%
4 Star
0%
3 Star
0%
2 Star
0%
1 Star
0%

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

Previous post Pandangan Islam tentang Sihir dan Ilmu Ghaib
Next post MAKNA HIJRAH DAN AKTUALISASINYA DALAM KEHIDUPAN MUSLIM AHMADI