Read Time:8 Minute, 0 Second
orang toxic cara menghadapi menghindari

Berikut ini adalah panduan bagaimana menghadapi orang toxic.

Secara bahasa toxic itu berasal dari bahasa Inggris yang artinya beracun, atau orang yang mengandung racun. Jadi orang yang toxic itu adalah orang yang beracun, yaitu orang yang sifatnya penuh dengan hal-hal negatif.

Dia biasa merendahkan orang lain, egois, suka membully, memanipulasi orang, dan kurang rasa empati. Tentu sangat menjengkelkan bukan jika kita dihadapkan dengan orang-orang yang seperti itu.

Bagi banyak orang, cukup satu orang untuk meracuni kesehatan mental seseorang. Bisa rekan kerja, teman bahkan keluarga, pengaruh negatif dari orang-orang toxic seperti ini terus menerus menghantui hari-hari kita dan mengganggu kewarasan. Untungnya Allah telah memberi kita Al-Qur’an untuk melawan pengaruh orang toxic.  Al-Qur’an telah memberi panduan bagi kita bagaimana menghadapi orang toxic dengan pengaruh-pengaruh negatif mereka. 

Berikut 5 tips Al-Qur’an untuk Menghadapi Orang Toxic:

1. Kendalikan Amarah

Tips pertama adalah kendalikan amarah kita. Seringkali perilaku orang toxic membuat darah kita mendidih dan membangkitkan amarah. Tetapi jika kita marah atau menanggapi dengan cara yang sama, maka hal itu hanya akan memperburuk situasi, dan menjadikan racun mereka terus menempel pada diri kita bahkan menghasilkan racun yang lebih besar.

Al-Qur’an memerintahkan kita untuk menahan amarah dalam berbagai kondisi.

وَالۡكٰظِمِيۡنَ‭ ‬الۡغَيۡظَ‭ ‬وَالۡعَافِيۡنَ‭ ‬عَنِ‭ ‬النَّاسِ

“Dan orang-orang yang menahan amarah dan memaafkan orang lain.” (QS Ali Imran [3]:135)

Hazrat Masih Mau’ud as menjelaskan bahwa tindakan konfrontatif bertentangan dengan apa yang diajarkan Al-Qur’an:

“Ingatlah orang yang bersikap keras dan cepat marah, ucapannya sama sekali tidak akan dapat mengeluarkan kata-kata hikmah dan makrifat. Hati yang cepat marah dan kehilangan kendali ketika dihadapkan pada pertentangan adalah hati yang kehilangan hikmah. Bibir yang memuntahkan kotoran dan tidak bisa ditahan akan kehilangan mutu dan keaggunannya. Kemarahan dan hikmah tidak bisa hidup selaras. Orang yang cepat marah akalnya dangkal dan pemahamannya tumpul. Orang seperti itu tidak akan pernah mendapatkan keberhasilan dan pertolongan dalam usaha apapun. Kemarahan setara dengan setengah kegilaan, dan jika bertambah besar maka dapat menjadi benar-benar gila.” (Al Hakam, Vol. 7, Nomor 9, 10 Maret 1903, hal. 8)

Pada kesempatan lain beliau juga menulis:

“Orang-orang yang baik adalah mereka yang menahan amarah pada saat kemarahan itu harus ditahan, dan memaafkan dosa pada saat harus dimaafkan […]. Dengan memperhatikan banyak orang, nampak jelas bahwa sebagian orang sangat berhasrat membalas dendam, sampaisampai mereka tetap mempertahankan dendam-dendam yang berasal dari nenek-moyang mereka.” (Filsafat Ajaran Islam)

2. Bicaralah dengan lembut

Salah satu cara paling ampuh untuk mendapatkan kecintaan dari Allah ketika dihadapkan pada pengaruh-pengaruh beracun adalah dengan berbicara lembut kepada orang lain dan tidak membiarkan racun mereka mengganggu kita. Allah Ta’ala berfirman:

وَعِبَادُ‭ ‬الرَّحْمٰنِ‭ ‬الَّذِيْنَ‭ ‬يَمْشُوْنَ‭ ‬عَلَى‭ ‬الْأَرْضِ‭ ‬هَوْنًا‭ ‬وَإِذَا‭ ‬خَاطَبَهُمُ‭ ‬الْجٰهِلُوْنَ‭ ‬قَالُوْا‭ ‬سَلَامًا

“Dan hamba-hamba Tuhan Yang Maha Rahman ialah mereka yang berjalan di muka bumi dengan merendahkan diri; dan apabila orang-orang jahil menyapa mereka, mereka mengucapkan, ‘damai'” (QS Al-Furqan [25]:64)

Mengenai hal ini, Hazrat Masih Mau’ud as menulis: 

“Hamba-hamba sejati yang Maha Rahman adalah mereka yang berjalan di muka bumi dengan lemah lembut dan ketika orang-orang jahil berkata kasar kepada mereka, mereka menanggapinya dengan cara yang damai dan penuh belas kasih. Alih-alih bersikap kasar dan berkata-kata kotor, mereka justru menunjukkan kasih sayang dan berdoa bagi orang-orang ini. Mereka menggapai puncak kasih sayang dan kemurahan hati tanpa membeda-bedakan. (Barahin Ahmadiyah,  Bagian IV, Ruhani Khazain, hal. 449, Catatan Kaki)

Beliau lebih lanjut menjelaskan:

“Perhatikanlah betapa kerasnya Fir’aun, tetapi Allah tetap memerintahkan Musa as, ‘Bicaralah kepadanya dengan lemah lembut’ [Surah Ta Ha ayat 45]. Al-Qur’an memberi perintah yang sama kepada Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam: ‘Jika mereka [musuhmu] condoh ke arah perdamaian, maka engkau juga harus condong ke arah itu.’ [Surah al-Anfal ayat 62].” (Al Hakam, Vol. 12, Nomor 27, 14 April 1908, hal. 3)

3. Menghindar Jika Perlu

Tips Al-Qur’an selanjutnya dalam menghadapi orang toxic adalah menghindarlah dari mereka, alih-alih meladeni.

خُذِ‭ ‬الۡعَفۡوَ‭ ‬وَاۡمُرۡ‭ ‬بِالۡعُرۡفِ‭ ‬وَاَعۡرِضۡ‭ ‬عَنِ‭ ‬الۡجٰهِلِيۡنَ

“Jadilah engkau pemaaaf, dan suruhlah orang berbuat amal baik, dan berpalinglah dari orang-orang bodoh.” (QS Al-A’raf [7]: 200)

Terkadang kita perlu menghindari dan menjauhi orang-orang yang toxic, terutama jika setelah berbicara lembut pada mereka tidak membuahkan hasil malah memperburuk suasana. 

Hazrat Masih Mau’ud as menulis:

“Saya teringat cerita Saadi yang ditulis dalam bukunya Bustan, ada orang suci yang digigit anjing. Ketika tiba di rumah, keluarganya melihat seekor anjing telah menggigitnya. Kemudian anak perempuannya yang polos bertanya, ‘Mengapa tidak membalasnya?’ Orang suci itu menjawab, ‘Anakkku sayang, manusia tidak bisa bertingkah seperti anjing.”

Maka bila ada orang fasik yang mencaci maki, maka mukmin sejati harus menjauhinya. Jika tidak, contohnya akan sama dengan bertindak seperti anjing. Umat-umat pilihan Tuhan selalu dianiaya dengan kejam; mereka selalu disiksa. Tetapi mereka selalu diperintahkan untuk berpaling dari orang-orang yang bodoh.” (Malfuzat, Vol. 1, hlm. 102-103)

Hadhrat Masih Mau’ud melanjutkan:

“Nabi kita sendiri, shallallahu ‘alaihi wasallam, sosok Insan Kamil, telah dibuat sangat menderita. Beliau dianiaya, dihina dan dicaci maki. Tetapi bagaimana wujud yang memiliki akhlak mulia ini menanggapi perilaku tersebut? Beliau berdoa untuk mereka. Sebagaimana telah dijanjikan oleh Allah Ta’ala [kepada Nabi Muhammad] bahwa jika beliau berpaling dari orang-orang jahil, Dia sendiri yang akan menjaga martabatnya dan melindungi hidup beliau serta membelanya dari serangan para perusak. Dan inilah yang terjadi sebenarnya, musuh-musuh Nabi tidak dapat menyentuh kehormatan beliau, sebaliknya mereka sendiri lah yang dipermalukan. [..]” (Ibid, hal. 103)

4. Mendoakan Orang yang Toxic

اُجِيۡبُ دَعۡوَةَ الدَّاعِ اِذَا دَعَانِ ۙ فَلۡيَسۡتَجِيۡبُوۡا لِيۡ

“Aku mengabulkan doa orang yang memohon ketika ia berdoa kepada-Ku. Maka hendaklah mereka mendengarkan Aku.” (QS Al-Baqarah [2]: 187)

Apa yang dilakukan Hazrat Masih Mau’ud as ketika dihadapkan pada permusuhan dan perilaku beracun? Syair beliau memberikan penjelasan tentang ini: 

عدو‭ ‬جب‭ ‬بڑھ‭ ‬گيا‭ ‬شور‭ ‬و‭ ‬فغاں‭ ‬ميں

نہاں‭ ‬ہم‭ ‬ہو‭ ‬گئے‭ ‬يارِ‭ ‬نہاں‭ ‬ميں

“Ketika musuh melampaui batas dalam kegaduhan dan keributan, 

Kami bersembunyi pada Teman yang Tersembunyi.”

Hazrat Masih Mau’ud as bersabda:

“Jika seseorang tidak mendoakan musuhnya, maka ia tidak dapat dikatakan mempunyai hati yang bersih. Allah berfirman dalam Al-Qur’an, ‘Berdoalah kepada-Ku, niscaya Aku akan menjawabmu’. Dia tidak mengatakan, ‘Jika kamu berdoa untuk musuhmu, aku tidak akan menerima doamu.’ Saya sangat yakin bahwa berdoa untuk musuh adalah amalan Nabi Muhammad shallallahu ‘alaihi wasallam. Sebab Umar ra masuk Islam adalah karena doa Nabi Muhammad shallallahu ‘alaihi wasallam. Beliau sering berdoa untuknya. Seseorang tidak boleh bakhil pada musuhnya ketika berdoa; seseorang tidak boleh menjadi orang yang menyusahkan. Saya bersyukur karena saya tidak mendapati musuh saya yang tidak saya doakan lebih dari satu kali; tidak ada contoh seperti itu. Hal yang sama saya sarankan kepada kalian untuk diamalkan, saya mengajarkan kepada kalian cara melakukannya.” (So Said the Promised Messiah, hal. 134-135)

Lebih lanjut beliau menjelaskan:

“Sebagaimana pohon membutuhkan air bersih, ia juga membutuhkan pupuk. Banyak tindakan Allah yang didasarkan oleh kejahatan para penentang. Tidak ada orang yang tidak memiliki penentang. Merupakan sebuah kebaikan bagi seorang nabi [memiliki penentang], karena mereka membuatnya berdoa sehingga mukjizat dan pertolongan menjadi meningkat. Hal ini juga baik para pengikutku, karena hal itu akan memberi mereka kekuatan iman.” (Malfuzat, Vol.7, hal.369)

Hadhrat Masih Mau’ud bersabda:

“Seseorang tidak boleh menyimpan niat jahat pada musuhnya. Sebaliknya, seseorang harus berdoa bagi orang-orang seperti itu lebih  dari apapun, dan menggunakan cara lain untuk memperbaikinya. (Malfuzat [Bahasa Inggris], Vol. I, hal. 7)

5. Menanggapi Keburukan dengan Kebaikan

وَلَا تَسْتَوِى الْحَسَنَةُ وَلَا السَّيِّئَةُ ۚ اِدْفَعْ بِالَّتِىْ هِىَ أَحْسَنُ فَإِذَا الَّذِىْ بَيْنَكَ وَبَيْنَهُ عَدَاوَةٌ كَأَنَّهُ وَلِىٌّ حَمِيْمٌ

“Tidaklah sama kebaikan dengan kejahatan. Tolaklah (kejahatan) dengan perilaku yang lebih baik sehingga orang yang ada permusuhan denganmu serta-merta menjadi seperti teman yang sangat setia.” (QS Ha Mim as-Sajdah [41]:35)

Berdasarkan ajaran Al-Qur’an ini, Hazrat Masih Mau’ud mengajarkan kita untuk menanggapi kejahatan dan perilaku-perilaku beracun dengan kebaikan dan akhlak yang tinggi, hingga musuh kita tidak punya pilihan lain selain mengakui kesalahan mereka dan menjadi sahabat. 

Beliau menulis:

“Jika ada yang berbuat jahat terhadapmu, hendaklah kamu berusaha menolaknya dengan damai, sehingga dia yang menjadi musuhmu akan menjadi teman dekat. Singkatnya kedamaian berarti mengabaikan hal-hal sepele yang tidak menimbulkan kerugian besar,  yang hanya terbatas pada ucapan yang tidak masuk akal.” (Filsafat Ajaran Islam)

Sekali lagi beliau menekankan:

“Jika seseorang baik padamu, tunjukkanlah padanya kebaikan yang lebih besar lagi. Semua dendam di antara kalian akan berubah menjadi persahabatan yang begitu erat sampai menghampiri kerabat.” (Lecture Lahore [Bahasa Inggris], hal. 13-14)

Mungkin ada yang mengatakan bahwa langkah-langkah ini sangat sederhana. Tidak sesuatu yang mendalam. Memang tips-tips dari Al-Qur’an ini terlihat sederhana tetapi dalam penerapannya tidak sesederhana itu. Ketika kita terapkan hal yang sederhana ini maka dampaknya akan sangat baik untuk meciptakan masyarakat yang damai dan bebas dari racun dan perselisihan. 

Sumber: Al Hakam

Happy
Happy
0 %
Sad
Sad
0 %
Excited
Excited
100 %
Sleepy
Sleepy
0 %
Angry
Angry
0 %
Surprise
Surprise
0 %

Average Rating

5 Star
0%
4 Star
0%
3 Star
0%
2 Star
0%
1 Star
0%

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

Previous post Apakah Islam Membolehkan Sunat bagi Perempuan?
Next post Kemungkinan Mendengar Suara Rasulullah Melalui Teknologi – Sebuah petunjuk dari Al-Quran