Read Time:7 Minute, 48 Second

Oleh : Mln. Murtiyono
Yusuf Ismail
Di sepuluh
hari terakhir bulan Ramadhan, kita mengetahui dari hadits dan Al Quran bahwa di
antara malam-malam ganjil sepuluh
hari terakhir Ramadhan Allah Ta’ala akan menurunkan atau mengganjar seorang
hamba yang terberkati dengan Lailatul Qadr
malam yang ditaqdirkan. Kita sejak kecil memahami dari cerita guru-guru
kita bahwa siapa yang pada malam hari di hari-hari ganjil sepuluh terakhir ini
dia s
alat malam, dan setelahnya dia
melihat, angin sejuk, sepoi-sepoi dan hewan tidak berisik, daun tidak bergerak,
langit cerah dengan bintang dan bulan terang, maka dia telah bertemu dengan Lailatul Qadr. 

Ada juga yang memaknai
bahwa jika dia mendapati saat fajar menyingsing, dia melihat sinar matahari yang
teduh, bercahaya lembut, maka tadi malam Lailatul
Qadr
telah turun. Maka siapa pun dia yang memahami dan mengalami hal
seperti ini, seumur hidup dapat dipastikan dia tidak akan dapat bertemu yang
namanya Lailatu Qadr.

Firman Allah Ta’ala:

إِنَّآ أَنْزَلْنٰهُ فِى لَيْلَةِ الْقَدْرِ وَمَآ أَدْرَىٰكَ مَا لَيْلَةُ الْقَدْرِ لَيْلَةُ الْقَدْرِ خَيْرٌ مِّنْ أَلْفِ شَهْرٍ تَنَزَّلُ الْمَلٰٓئِكَةُ وَالرُّوْحُ فِيْهَا
بِإِذْنِ رَبِّهِمْ مِّنْ كُلِّ أَمْرٍ
 سَلٰمٌ هِىَ حَتَّىٰ مَطْلَعِ الْفَجْرِ

Aku Baca dengan
nama Allah, Maha Pemurah, Maha Penyayang. Sesungguhnya Kami telah menurunkannya
pada Lailatul Qadr.
Dan apakah engkau tahu apa Lailatul
Qadr itu? Lailatul Qadr itu lebih baik daripada seribu bulan. Di dalamnya turun
malaikat-malaikat dan ruh dengan izin Tuhan mereka membawa segala urusan. Selamat
sejahtera sampai fajar terbit
. (Al-Qadr: 1-5)

Pada umumnya lail dan lailah kedua-duanya
berarti malam, tetapi menurut Marzuqi, penyusun kamus kenamaan, kata
lail dipakai
sebagai lawan kata
nahār
dan lailah
sebagai lawan kata yaum. Lailah mengandung arti lebih luas
dan berjangkauan lebih jauh daripada kata
lail, seperti kata yaum,
yang adalah lawan kata
lailah,
mengandung arti lebih luas daripada
nahār yang adalah lawan kata lail. 

Kata
lailah telah
dipergunakan sebanyak delapan kali dalam Al-Qur’an (sekali dalam QS.2: 52; 2:
188; 44: 4; dua kali dalam QS.7: 143 dan tiga kali dalam ayat-ayat yang sedang
dibahas), dan di setiap tempat kata itu dipergunakan sehubungan dengan turun
Al-Qur’an dan masalah-masalah yang berkaitan dengan itu.
Dengan
demikian kata
lailah mengisyaratkan kepada
kemuliaan, keagungan, dan kebesaran malam-malam yang di dalamnya Al-Qur’an
diturunkan.

Qadr berarti, nilai,
kecukupan, kebesaran, takdir, nasib, kekuasaan (Lane). Menimbang berbagai arti
qadr dan lailah
itu,
maka ayat ini dapat diberi tafsiran sebagai berikut: Al-Qur’an telah diturunkan
di dalam suatu malam yang secara khusus telah diperuntukkan bagi penampakan
kekuasaan Ilahi yang istimewa, atau di dalam suatu malam yang mempunyai nilai
sama dengan seluruh jumlah malam-malam lainnya, atau di dalam suatu malam yang
mempunyai kebesaran, keagungan, dan kehormatan; atau, di dalam suatu malam yang
mempunyai kecukupan, yaitu, Al-Qur’an memenuhi selengkapnya semua kebutuhan dan
keperluan manusia, baik mengenai akhlak maupun ruhaninya. 

Atau, artinya adalah
Tuhan telah menurunkannya dalam Malam Takdir atau Malam Nasib, yakni, Al-Qur’an
diturunkan pada saat ketika nasib manusia ditakdirkan, pola alam semesta masa
mendatang telah ditetapkan, dan asas-asas petunjuk yang tepat bagi umat manusia
telah diletakkan untuk sepanjang masa mendatang. 

Masa kemunculan seorang muslih rabbani (Pembaharu,
reformer agama) besar  disebut
Lailat al-Qadr, karena pada masa itu
dosa dan kejahatan merajalela serta kekuatan kegelapan menguasai segala yang
lain.
Lailat al-Qadr telah diartikan
pula sebagai suatu malam tertentu di antara malam-malam tanggal ganjil pada
sepuluh hari terakhir di dalam bulan Ramadhan, tatkala Al-Qur’an pertama kali
mulai diturunkan. Atau, ayat itu dapat berarti, seluruh jangka waktu 23 tahun
yang meliputi risalat Rasulullah Saw, ketika selama jangka waktu itu Al-Qur’an
diturunkan secara berangsurangsur.

Alf (seribu), yang merupakan bilangan paling tinggi dalam bahasa Arab dan
berarti bilangan yang tidak terhitung banyaknya. Ayat itu berarti bahwa Malam
Takdir atau Malam Nasib itu nilainya lebih baik daripada semua bulan yang tidak
terhitung bilangannya, yaitu, zaman Rasulullah Saw itu lebih baik dan lebih
unggul daripada semua zaman dijumlahkan. Ayat ini mengandung isyarat mengenai
kemunculan para
muslih rabbani
(imam-imam zaman) di
antara orang-orang Muslim, bilamana orang-orang Muslim memerlukan mereka. 

Seribu bulan dengan perhitungan kasar membuat satu abad, dan Rasulullah Saw
diriwayatkan pernah bersabda, bahwa Allah Swt pada permulaan setiap abad akan
senantiasa membangkitkan dari antara pengikut-pengikutnya seorang mujaddid yang
akan membangkitkan kembali Islam dan memberinya suatu kehidupan dan gairah baru
(Ibnu Majah).

Al-Rūh di sini berarti semangat baru, kebangkitan,
istiqamah atau ketetapan hati. Di dalam malam Lailat al-Qadr para
malaikat turun untuk menolong utusan Ilahi atau
muslih rabbani
untuk menda’wakan
kebenaran, dan para pengikutnya diisi dengan kehidupan baru dan semangat baru
untuk menyebarkan dan menablighkan Amanat Ilahi.

Pada masa seorang nabi atau muslih rabbani, semacam
kedamaian pikiran dan perasaan hinggap kepada orang-orang mukmin di
tengah-tengah kesulitan dan cobaan. Kegembiraan samawi yang menggugah semangat mereka
pada saat itu mengungguli segala macam kegembiraan yang bersifat kebendaan dan
memanjakan nafsu.
Fajar terbit” berarti berlalunya
malam-kesulitan dan terbitnya
fajar
kemenangan dan keunggulan kebenaran.

Lailatul Qadr secara umum berarti bahwa malam dimana, kebaikan,
keindahan, perbaikan, kejamalan, keelokan, sesuatu yang baru dan lebih baik, nasib
baik, ketentuan baru dan lebih baik, kehendak dan pengabulan itu terjadi bisa
pada seseorang atau suatu kaum.

Seseorang pendosa jika dengan kesadaran, dan
keinginan penuh walau terkadang ditengah jalan tersandung, namun dengan segala
daya upayanya dia menuju panggilan Allah ta’ala. Kemudian dia berusaha
menghidupkan ibadah malamnya dalam Ramadhan dan menambah ibadahnya di sepuluh
terakhir Ramadhan maka besar kemungkinan dia akan mendapatkan
Lailatul Qadr

Segala daya dan upayanya akan menarik kasih sayang dan ridha Allah Ta’ala sehingga di malam tertentu itu Allah Ta’ala
akan memberikan “mata” yang baru baginya. Akan memberikan “hati” yang baru, akan
memberikan “mulut” yang baru, kaki, tangan,
pikiran,
semangat baru. Intinya langit baru dan bumi baru tempat dia berpijak dan
berlindung segalanya akan dirasakan indah dan menggairahkannya. Akan terlahir semangat
kecintaan, belas kasih, pengorbanan, dan pengabdian kepada makhluk dan Allah Ta’ala.  

Satu malam yang akan menghantarkannya pada
titik balik
dari bergelimangan keburukan
pada diri seseorang atau sebuah kaum atau bangsa kepada kondisi yang disukai
Allah Ta’ala.  Satu malam yang tidak
pernah dia temukan selama hidup dia dan mengilhaminya sehingga malam itu dengan
diturunkannya Malaikat dan
Ruhul
Qudus kepadanya.
Dia memiliki kekuatan dan dukungan kepada jalan yang diridhai Allah Ta’ala. 

Dengan
sangat indah Hadhrat Rasulullah saw menyimbolkannya dengan “suatu malam yang lebih
baik dari pada seribu bulan.” Penggambaran Lailatul Qadr juga lebih dari
itu, karena berkat-berkat Lailatul Qadr melebihi dari perhitungan dan
jangkauan
pikiran manusia. Dan sulit dipahami dengan sejatinya bagi mereka
yang tidak pernah bertemu dengannya.

Hadrat Mirza Ghulam Ahmad
as, Imam Mahdi yang dijanjikan, bersabda “Lailatul Qadr tidak hanya
suatu malam khusus yang turun selama bulan Ramadhan. Lailatul Qadr itu
ada tiga bentuk: [pertama], suatu malam pada bulan Ramadhan, [kedua] zaman
seorang Nabi Allah dan [ketiga], Lailatul Qadr bagi seseorang juga
berarti suatu waktu ketika ia menjadi suci dan bersih.”

Dia dibersikan dari
sampah dan kekotoran dunia, memiliki keimanan yang teguh serta membersihkan
dirinya dari segala kejahatan dengan mengoreksi diri dan mengharapkan pahala-Nya.
Itulah Lailatul Qadr baginya.

Zaman
dimana seorang utusan Tuhan, Nabi/Rasul, Reformer
, Muslih Rabbani, Imam zaman yang diutus Allah Ta’ala juga dapat disebut Lailatul Qadr.
Maka barang siapa dapat mencari dan menemukannya dan mengimaninya sungguh dia
telah mendapatkan Lailatul Qadr.

Makna
yang ketiga,
jika Lailatul Qadr seperti
ini dialami oleh kita dan kita sungguh-sungguh menjadi milik-Nya, menjalankan
segala perintah-Nya serta meningkatkan standar ibadah kita, berarti kita telah
menemukan tujuan yang telah Allah Ta’ala perintahkan kepada kita. Setiap
siang dan malam bagi kita menjadi saat-saat pengabulan doa.

Kita, yang merupakan
pengikut dari pecinta sejati Hadhrat Rasulullah saw, perlu mengadakan perubahan
revolusioner dalam diri kita dan meningkatkan keimanan kita sehingga setiap
perkataan dan perbuatan kita adalah untuk meraih ridha Allah Ta’ala.

Semoga Allah Ta’ala membuat kita semua
merasakan Lailatul Qadr yang merupakan contoh khas pengabulan doa dan
yang mengenainya Hadhrat Rasulullah
Saw telah
katakan kepada kita bahwa malam tersebut turun pada satu malam selama hari-hari
terakhir bulan Ramadhan. Semoga dengan merasakannya dapat menjadikan kita tetap
berada dalam ketakwaan serta meningkatkan standar ketakwaan kita. Semoga segala
dosa yang telah lalu memperoleh ampunan-Nya dan semoga dengan karunia-Nya,
Allah
Ta’ala senantiasa
menganugerahkan kita kekuatan dan jiwa istiqomah dalam iman dan amal soleh.

Semoga kita dapat maraih Lailatul Qadr dalam Ramadhan
ini, dan hari demi hari Allah
Ta’ala
menarik kita kearah-Nya:

اللَّهُمَّ إِنَّكَ عَفُوٌّ تُحِبُّ
الْعَفْوَ فَاعْفُ عَنِّى



Ya Allah Engkau Maha Pengampun dan
mencintai orang yang meminta ampunan, maka ampunilah aku
.
Referensi :
1.      Al Quran
Terjemah dan Tafsir Singkat JAI
2.      Khutbah
Jumat, Hadhrat Mirza Masroor Ahmad, Khalifatul Masih al-Khaamis aba, 10
Juli 2015 di Masjid Baitul Futuh, London, UK.

Happy
Happy
0 %
Sad
Sad
0 %
Excited
Excited
0 %
Sleepy
Sleepy
0 %
Angry
Angry
0 %
Surprise
Surprise
0 %

Average Rating

5 Star
0%
4 Star
0%
3 Star
0%
2 Star
0%
1 Star
0%

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

Next post APA KATEGORI SESEORANG MERAIH ID HAKIKI