Alam Barzakh: Apa yang Terjadi Setelah Kita Meninggal?
Menurut Al-Qur’an ada tiga macam alam; pertama, alam dunia yang merupakan alam kasab (alam usaha) dan nisya ula (alam kejadian pertama. Kedua alam barzakh dan ketiga alam kebangkitan.
Seorang dari India bertanya kepada Hazrat Mirza Masroor Ahmad, Khalifatul Masih V (aba): “Dikatakan bahwa setelah kita meninggal, kita pergi kepada Allah. Bagaimana hal itu terjadi?”
Huzur Anwar (aba), dalam suratnya tertanggal 10 Maret 2022, memberikan tanggapan atas pertanyaan tersebut:
Pertanyaan kedua Anda adalah tentang kematian manusia. Hakikat kematian adalah ketika Allah Ta’ala meniupkan ruh ke dalam tubuh manusia saat dilahirkan, maka ruh tersebut meninggalkan tubuh yang fana pada saat kematian. Tubuh fisik kita tetap tinggal di dunia ini, baik orang yang meninggal karena tengelam dalam air, dikuburkan atau dikremasi, atau dimakan hewan buas dan pemakan bangkai. Sedangkan ruh berpindah ke dunia lain yang disebut alam barzakh, dimana ruh diberi tubuh baru berupa cahaya atau kegelapan, tergantung alam perbuatan manusia ketika di dunia.
Hazrat Masih Mau’ud (as), ketika menjelaskan hubungan antara ruh dan tubuh beliau bersabda:
“Barzakh adalah keadaan dimana kondisi fana manusia hancur dan ruh serta raga terpisah. Tubuh dikuburkan di dalam lubang dan ruh pun dimasukkan ke dalam semacam lubang. […] Walaupun tubuh yang fanã (tidak kekal) ini sesudah mati akan terpisah dari ruh, tetapi di alam barzakh tiap-tiap ruh akan mendapat suatu tubuh sementara guna mencicipi cita rasa buah amal perbuatannya. Tubuh tersebut bukanlah dari jenis tubuh ini melainkan ia dipersiapkan dari suatu Nur (cahaya), atau kebalikannya, dari kegelapan, sesuai dengan keadaan amal perbuatan. Seolah-olah di alam Barzakh itu keadaan-keadaan amal manusia menjalankan peran sebagai tubuh. Demikianlah berkali-kali disebutkan dalam Kalam Ilahi bahwa sebagian dinyatakan tubuh cahaya dan sebagian lagi dinyatakan tubuh kegelapan, yang terbentuk dari cahaya amal perbuatan atau dari kegelapan amal perbuatan. Kendati pun rahasia ini amat mendalam akan tetapi bukanlah tidak masuk akal. […] orang-orang yang pernah mengalami sebagian alam kasyaf mereka tidak akan heran melihat tubuh semacam itu yang dipersiapkan dari amal perbuatan, bahkan mereka akan merasakan kelezatan dalam masalah ini. Ringkasnya, tubuh yang diperoleh berdasarkan kondisi amal perbuatan itulah yang akan menjadi faktor ganjaran baik dan buruk alam barzakh. (Filsafat Ajaran Islam, Ruhani Khazain, Vol. 10, hal. 403-405)
Dalam kutipan ini Hazrat Masih Mau’ud (as) menyebut sejenis lubang yang dikatakan sebagai tempat jatuhnya ruh, hal ini sebenarnya mengacu pada ayat dalam surah ‘Abasa:
ثُمَّ اَمَاتَهٗ فَاَقۡبَرَهٗ
“Kemudian Dia mematikannya lalu menetapkan kuburnya. (QS ‘Abasa [80]:22)
Sangat jelas bahwa tidak semua manusia di dunia ini diberikan kuburan yang diberi gundukan tanah, karena jutaan orang ada yang mati dengan dikremasi dan tidak dikuburkan. Ratusan ribu orang tewas tengglam atau dimakan binatang buas. Jadi, bagaimana dapat dikatakan bahwa setiap manusia ditempatkan oleh ke dalam kuburan? Maksud ‘kuburan’ di sini mengacu pada sebuah tempat tinggal rohani di mana ruh seseorang tinggal, sebelum menjalani penghisaban terakhir.
Sumber: Al Hakam
Average Rating