Read Time:5 Minute, 41 Second
Oleh: Mln. Bilal Ahmad Bonyan
Beberapa waktu yang lalu, saya melihat sebuah video seorang ustadz yang membahas sebuah riwayat tentang kenabian Rasulullah Muhammad saw yang berbunyi:

عَنْ عِرْبَاضِ بْنِ سَارِيَةَ، قَالَ: قَالَ رَسُولُ اللهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ: ” إِنِّي عَبْدُ اللهِ لَخَاتَمُ النَّبِيِّينَ، وَإِنَّ آدَمَ عَلَيْهِ السَّلَامُ لَمُنْجَدِلٌ فِي طِينَتِهِ..

Dari Al-Irbadh Ibnu Sariya, Nabi Muhammad saw bersabda, “Sesungguhnya aku adalah seorang hamba Allah dan aku sudah menjadi ‘khootaman nabiyyin’, ketika Adam masih dalam bentuk tanah liat… (HR. Bukhari dari ibnu Hibban)

Dalam penjelasannya, beliau membahas secara sepintas mengenai arti kata ‘khotam’ menurut Ahmadiyah yang berarti cincin. Sebelum membahas arti ‘khotam’ di dalam tafsir Alquran yang terbitkan oleh Jemaah Islam Ahmadiyah, terlebih dahulu saya ingin membahas makna ‘khotam’ yang umum dipahami oleh umat Islam.

A. Jika Makna ‘Khotam’ Hanya Penutup 
Apabila umat Islam ditanya mengenai arti kata ‘khotam’ maka serta merta akan dijawab dengan kata ‘penutup’. Seolah-olah tidak memiliki arti lainnya, beberapa ayat Alquran pun diterjemahkan demikian yakni penutup.

Wabil khusus ketika menerjemahkan Alquran Surah Al-Ahzab: 40:

مَا كَانَ مُحَمَّدٌ أَبَا أَحَدٍ مِنْ رِجَالِكُمْ وَلَكِنْ رَسُولَ اللَّهِ وَخَاتَمَ النَّبِيِّينَ وَكَانَ اللَّهُ بِكُلِّ شَيْءٍ عَلِيمًا

Muhammad bukanlah bapak salah seorang laki-laki dari antaramu, akan tetapi ia adalah Rasul Allah dan ‘khootaman nabiyyiin’ (penutup para nabi), dan Allah Maha Mengetahui segala sesuatu.

Seolah-olah tidak ada arti lain atau makna lain dari kata ‘khotam’ maka siapa saja yang menerjemahkan selain dengan kata penutup, maka terjemahan itu salah. Dan jika itu berkaitan dengan akidah maka dianggap sesat.

Sebagai perbandingan untuk memahami kata ‘khotam’ yang memiliki makna lain, kita dapat melihat sebuah ayat yang hampir sebagian umat Islam menghafalnya, yakni Alquran Surah Al-Baqarah: 6-7:

إِنَّ الَّذِينَ كَفَرُوا سَوَاءٌ عَلَيْهِمْ أَأَنْذَرْتَهُمْ أَمْ لَمْ تُنْذِرْهُمْ لَا يُؤْمِنُونَ
خَتَمَ اللَّهُ عَلَى قُلُوبِهِمْ وَعَلَى سَمْعِهِمْ وَعَلَى أَبْصَارِهِمْ غِشَاوَةٌ وَلَهُمْ عَذَابٌ عَظِيمٌ

Sesungguhnya orang-orang yang kafir sama saja bagi mereka apakah engkau beri peringatan atau pun tidak, mereka tidak akan beriman. Allah telah menutup (khotam) hati mereka, dan pendengaran mereka, dan pada penglihatan mereka ada tutupan, dan bagi mereka ada siksaan yang amat besar.

Dari ayat tersebut muncul pertanyaan:
1. Siapa orang-orang kafir yang telah ditutup hatinya dalam ayat tersebut?
2. Jika mereka adalah bukan orang-orang Islam, lalu mengapa di kemudian hari begitu banyak yang masuk ke dalam Islam, bukankah hati, telinga, dan mata mereka telah ditutup dari kebenaran Islam oleh Allah Ta’ala?

Jika demikian, yang keliru memahami kata ‘khotam’ ini siapa? Manusia atau Allah Ta’ala (nau’dzubillah)?

B. ‘Khotam’ adalah Bahasa Arab     
Satu hal yang harus kita ingat, satu kata dalam Bahasa Arab bisa memiliki banyak arti dan makna. Demikian pula, dengan kata ‘khotam’ ini.

Apabila kata ‘khotam’ berarti hanya penutup atau menutup, tanpa ada makna lain, maka akan sangat keliru memahami ayat 6-7 dari Surah Al-Baqarah tersebut, karena itu bertentangan dengan kenyataan yang ada. 

Lalu apa makna ‘khotam’ dalam ayat tersebut?

Kata ‘khotam’ dalam ayat tersebut berarti menutup dengan bersifat khusus, tidak keseluruhan. Siapa yang ‘dikhotam’ khusus itu? yaitu mereka yang tidak mau membuka hatinya, membuka matanya dan membuka pendengarannya untuk merenungkan dan mengimani kebenaran Allah Ta’ala dan Nabi Muhammad saw. hingga akhir hidupnya.

Namun, bagi orang-orang yang senantiasa mencari, mempelajari, dan merenungkan kebenaran Allah Ta’ala dan Nabi Muhammad saw. Allah tidak pernah menutup hati, mata, dan telinga mereka, yang akhirnya adalah membuka pintu hidayah dan menerima Islam.

Dan banyak saudara-saudari kita yang awalnya bukan muslim, lalu mereka menjadi muslim. Bukan hanya muslim biasa, bahkan sebagian mereka ada yang menjadi ustadz dan ustadzah yang kondang ditanah air.

C. Banyak Makna “Khotam”
Karena kata ‘khotam’ memiliki banyak arti dan makna maka di dalam tafsir Alquran yang diterbitkan oleh Jemaah Islam Ahmadiyah dituliskan sebagai berikut:

“khootam berasal dari kata khotama yang berarti: ia mematerai, mencap, mensahkan, atau mencetak pada barang itu. Inilah arti pokok kata itu (khotam).

Adapun arti keduanya adalah: ia mencapai ujung benda itu, atau menutupi benda itu, atau melindungi apa yang tertera dalam tulisan dengan memberi tanda atau mencap secercah tanah liat diatasnya, atau dengan sebuah materai jenis apapun.

Khotam berarti juga sebentuk cincin stampel, sebuah segel, atau materai dan sebuah tanda: ujung atau bagian terakhir dan hasil  atau anak cabang suatu benda. Kata itu (khotam) pun berarti hiasan atau perhiasan; terbaik atau paling sempurna…(Lane, Mufradat, Fath, Zurqani)”


Dengan demikian, kata khotam tidak hanya berarti penutup atau terakhir, tetapi dapat berarti lainnya. Bahkan, ketika diterjemahkan dengan kata penutup atau terakhir pun tidak hanya memiliki satu makna.

D. Apakah Tafsir Ahmadiyah Menyalahi Kaidah dan Merendahkan Rasulullah saw.? 

مَا كَانَ مُحَمَّدٌ أَبَا أَحَدٍ مِنْ رِجَالِكُمْ وَلَكِنْ رَسُولَ اللَّهِ وَخَاتَمَ النَّبِيِّينَ وَكَانَ اللَّهُ بِكُلِّ شَيْءٍ عَلِيمًا

Muhammad bukanlah bapak salah seorang laki-laki dari antaramu, akan tetapi ia adalah rasul Allah dan ‘khootaman nabiyyiin’, dan Allah Maha Mengetahui segala sesuatu.

Jemaah Islam Ahmadiyah meyakini makna Khotam dalam ayat di atas:

1. Nabi Muhammad saw adalah materai para nabi, kita mengetahui kebenaran para nabi lainnya melalui beliau saw yang menjelaskan bahwa mereka adalah hamba Allah dan nabi yang benar.

2. Nabi Muhammad saw merupakan Nabi Pembawa Syariat Terakhir. Tidak ada syariat yang diturunkan sesudah Al-Quranul Karim.

3. Nabi Muhammad saw adalah Nabi paling puncak yang menduduki derajat rohani kenabian.

4. Nabi Muhammad saw adalah yang terbaik, termulia, dan paling sempurna dari semua nabi.

5. Nabi Muhammad saw adalah cincin dan perhiasan para nabi.

Demikianlah Jemaah Islam Ahmadiyah memahami kata ‘khotam’. Dan Ustadz dalam video tersebut menjelaskan di akhir kalimatnya, “Orang Arab mengatakan bahwa khatam adalah cincin karena MENUTUPI SEBAGIAN jari”. Demikian pula kami para Ahmadi memahami ‘Khootaman Nabiyiin’, yang DITUTUP hanyalah SEBAGIAN, yakni nabi pembawa syariat.
Wassalamu ‘alaa man ittaba’ al-hudaa
Referensi :
1. Alquran Terjemahan dan Tafsir Singkat, JAI.
2. https://youtu.be/o1Hc0yAN0IM
Happy
Happy
0 %
Sad
Sad
0 %
Excited
Excited
0 %
Sleepy
Sleepy
0 %
Angry
Angry
0 %
Surprise
Surprise
0 %

Average Rating

5 Star
0%
4 Star
0%
3 Star
0%
2 Star
0%
1 Star
0%

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

Previous post MEMAHAMI TAKDIR (1)
Next post Rindu Masjid..