Oleh: Mln. Ahmad Suparja Hidayat (Kotamobagu, Sulut 2)
Allah Swt. berfirman:
وَوَجَدَكَ ضَالًّا فَهَدَى
Kalau kita sering membaca di banyak terjemahan Al-Qur’an khususnya terjemahan Al-Qur’an dalam bahasa Indonesia, maka kita akan mendapatkan terjemahan ayat tersebut sebagai berikut:
“Dan Dia mendapakan engkau sesat, lalu Dia memberikan petunjuk”. (QS. Ad-Duha, 93:7)
Para penerjemah dan para penafsir terkecoh oleh kata “dhaalla atau dhaalan” yang diterjemahkan dan diartikan dengan kata “sesat”.
Menurut jumhur para ualama ahli takwil disebutkan bahwa “Likulli aayatin sittuuna alfu fahmin”. Yakni, tiap-tiap satu ayat Alqur’an mengandung enam puluh ribu tafsir atau pengertian serta makna.
Demikian pula kata “dhaalla” dalam ayat tersebut bukan satu-satunya arti yang artinya adalah “sesat”, melainkan banyak arti arti lainnya lagi yang mengandung pujian terhadap kesucian dan kemuliaan martabat serta ketinggian derajat rohani Rasulullah Saw, sebagai seorang nabi yang bergelar “Khataman-Nabiyyiin, sayyidul awwaliina wal aakhiriina minan-nabiyyin, yakni Nabi yang paling mulia dan sempurna, penghulu segala nabi baik yang di awal dan juga di masa yang akan datang.
Selanjutnya saya bermaksud menjelaskan kata “dhaalla/dhaallan” dalam arti lainnya yang berbeda, yang arti dan pengertian serta maknanya bukan “sesat”.
Dalam arti dan makna lainnya “Dhaalla” berarti, ia bingung dan tidak mampu melihat arah tujuan: ia sama sekali tenggelam atau hilang dalam kecintaan, atau berkelana mencari sesuatu dan gigih dalam pencariannya. (Arabic-English Lexicon oleh E.W. Lane).
Mengingat berbagai arti kata “dhaalla”, ayat ini (ayat ke 7 surah Ad-Duha) dapat dapat ditafsirkan sebagai berikut:
1. Rasulullah Saw. berkelana mencari jalan dan sarana untuk mencapai Tuhan, dan Tuhan mewahyukan kepada beliau syariat yang membimbing beliau ke arah tujuan yang didambakan;
2. Beliau bingung dan tidak mengetahui betapa cara menemukan jalan yang menjurus ke arah tercapainya apa yang dicari beliau dan Tuhan membimbing beliau ke jalan itu;
3. Seluruh wujud beliau telah hilang dalam kecintaan kepada kaum beliau dan Tuhan membekali beliau dengan petunjuk sempurna bagi mereka;
4. Beliau tersembunyi dari mata dunia dan Tuhan menemukan beliau dan memilih beliau untuk mengemban tugas membimbing umat manusia sampai kepada-Nya.
Dengan demikian kata “dhaalla” tidak dipakai sebagai celaan, bahkan sebagai pujian terhadap kemuliaan dan ksucian Rasulullah Saw.
Kata ini yakni “dhalla” tidak mengena dan tidak pula dapat dikenakan kepada Rasulullah Saw. dalam arti “telah tersesat”, sebab menurut Al-Qur’an dalam ayat lainnya (Qs. An-Najm, 53: 3) beliau kebal terhadap kesalahan dan kesesatan.
Lebih dari itu, enam ayat terakhir dalam surah ini menunjukkan suatu urutan tertentu yakni ayat 7,8, dan 9 masing-masing mempunyai korelasi yang erat dan bersesuaian dengan ayat 10, 11, dan 12.
“Dhaalla” dalam ayat 7, yang digantikan oleh kata “Saa’il dalam ayat 10, menjelaskan arti “Dhalla”, yaitu, “orang yang mencari pertolongan Ilahi supaya dibimbing kepada-Nya atau supaya diberi petunjuk.”
Ayat tersebut dapat pula berarti, Tuhan mendapatkan diri engkau hilang dalam keasyikan mencari Dia dan membimbing engkau ke hadirat-Nya.”
Itulah arti dan makna yang sebenarnya dari ayat “Wawajadaka dhaallan fahadaa”.
Adalah sangat keliru kalau diterjemahkan dan diartikan: “dan Dia mendapatkan engkau sesat lalu Dia memberikan petunjuk”.
Terjemahan yang tepat dan benar ayat itu adalah: “Dan Dia mendapati engkau fana dalam kecintaan(kepada kaum engkau), dan Dia memberi engkau petunjuk.
Sebagai tambahan, di dalam ayat 8 dan 9 Surah Ad Duha arti “Dhaallan” bukanlah sesat, melainkan orang yang tenggelam dalam kecintaan kepada Allah Swt, dan beliau disebut “Aa’ilan” karena umat beliau yang sangat besar. Tidak ada seorang nabi pun yang dianugrahi umat yang begitu besar selain Rasululullah Saw.
Allaahumma Shallin Alaa Muhammad Wa alaa Aali Muhammad Wabaarik Wasallim Innaka Hamiidun Majiid.
❤️Love For All Hatred For None❤️
Cinta Untuk Semua Kebencian Tidak Untuk Siapapun
Average Rating