Seperti Apa Shalawat Allah untuk Rasulullah saw?
Di dalam surah Al-Ahzab ayat 57 (dihitung dengan bismillah), Allah memerintahkan orang-orang mukmin untuk bershalawat kepada Rasulullah saw. Tetapi dalam ayat tersebut disebutkan bahwa Allah dan Malaikat juga bershalawat kepada Rasulullah saw. Ayat ini tentu saja menunjukkan ketinggian derajat Rasulullah saw yang tidak didapati pada nabi-nabi lainnya, tetapi seperti apa bentuk shalawatnya Allah Ta’ala dan Malaikat kepada Rasulullah saw? Dan apa arti dari shalawat itu, apakah artinya shalat ataukah permohonan doa, mengingat keduanya berasal dari satu kata yang sama.
Pertanyaan serupa pernah ditanyakan kepada Hazrat Mirza Masroor Ahmad bahwa dalam menafsirkan surah Al-Ahzab ayat 57 ini ada sebagian orang menafsirkan dengan kata yushalluuna, menurut mereka kata itu berasal dari kata shalah yang artinya shalat atau menjalankan ibadah shalat. Jika penafsiran ini benar, apakah benar Allah mengerjakan ibadah shalat untuk Rasulullah?
Arti kata ‘As-Shalat’
Huzur aba dalam suratnya tanggal 25 Desember 2022, memberikan jawaban sebagai berikut:
Sesungguhnya pertanyaan Anda ini muncul karena ketidaktahuan akan bahasa Arab. Bahasa Arab adalah bahasa yang luas, yang satu kata dapat memiliki banyak arti, masing-masing disesuaikan dengan konteks sebuah teks. Istilah shalat tidak hanya berarti mengerjakan ibadah shalat. Dalam kamus bahasa Arab terdapat berbagai arti dari shalat. Hazrat Mirza Basyiruddin Mahmud Ahmad telah menjelaskan makna kata ini dengan merujuk pada berbagai kamus:
“As-Shalat‘ berasal dari kata kerja Shalla (yushalli), dengan wazan fa’la. Huruf alif pada kata as-Shalat diubah dari huruf waw. Shalla (yusalli) secara umum berarti berdoa atau shalat, sedangkan as-shalat dalam secara istilah berarti عِبَادَةٌ فِيْہَا رکُوْعٌ وَسجُوْدٌ yaitu ibadah yang ditandai dengan gerakan tertentu seperti ruku’ dan sujud, yang dalam bahasa Urdu disebut namaaz. Selain itu, istilah ini mencakup berbagai arti lain, semuanya saling terkait dan mengarah pada satu esensi yang utuh. Makna-maknanya adalah:
Ar-Rahmah (rahmat), ad-diin, syariiat, al istighfar (mencari pengampunan), ad-du’a (permohonan) (Aqrabul Mawarid)
At-Ta’zim (pemuliaan), al barakah (berkah) (Tajul ‘Urus)
الصَّلٰوةُ مِنَ اللّٰهِ الرَّحْمَةُ وَمِنَ الْمَلَآئِکَةِ الْاِسْتِغْفَارُ وَمِنَ الْمُؤْمِنِيْنَ الدُّعَاءُ وَمِنَ الطَّيْرِ وَالْھَوَامِّ التَّسْبِيْحُ’
Ketika istilah as-shalah dikaitkan dengan Allah artinya pemberian rahmat, jika dikaitkan dengan malaikat artinya memohonkan ampun, dan jika dikaitkan dengan orang beriman artinya permohonan atau doa. Dalam konteks burung dan serangga melambangkan pujian (tasbih).
وَھِيَ لَا تَکُوْنُ اِلَّا فِي الْخَيْرِ بِخَلَافِ الدُّعَاءِ فَاِنَّہٗ يَکُوْنُ فِي الْخَيْرِ وَالشَّرِّ
Berbeda dengan doa yang dapat menandakan permohonan baik dan buruk, as-shalah hanya digunakan untuk permohonan kebaikan.
Dimensi lain dari as-shalah adalah حُسْنُ الثَّنَاءِ مِنَ اللّٰہِ عَلَي الرَّسُوْلِ – ketika Allah sebagai subjeknya dan Nabi Muhammad saw sebagai objeknya, maka itu mencerminkan pujian tertinggi yang diberikan oleh Allah kepada Nabi saw. (Aqrabul Mawarid)
‘وَيُسَمَّي مَوْضِع الْعِبَادِةِ الصَّلٰوةَ’ Istilah tempat ibadah disebut juga as-salat. (al-Mufradat)” (Tafsir-e-Kabir, Vol. 1, 2004, hlm. 98-99)
Menjelaskan makna ‘يُصَلُّوۡنَ عَلَي النَّبِيِّ,’ Hazrat Khalifatul Masih I rh menjelaskan:
“Shalat bermakna, 1. Pujian dan pengagungan, 2. Doa, 3. Mencari derajat yang tinggi melalui doa yang membebaskan seseorang dari dosa, dan 4. Rahmat yang istimewa.’ (Haqaiq-ul-Furqan, Vol. 3, hal. 419)
Oleh karena itu, tidak tepat jika menafsirkan ayat ini dengan menyarankan supaya Allah dan para Malaikat-Nya melakukan ibadah shalat. Sebaliknya, artinya adalah Allah dan para Malaikat-Nya mengirimkan durud atau shalawat kepada Nabi Muhammad saw. Mereka meninggikan dan mengagungkan beliau, memohonkan rahmat khusus kepada beliau, dan (para Malaikat) mendoakan supaya beliau mencapai maqom yang mulia sehingga beliau tidak terpengaruh oleh kemampuan manusia untuk berbuat dosa.
Penafsiran ini selaras dengan peristiwa ketika Nabi Muhammad saw memberi tahu Aisyah ra sebagai jawaban atas pertanyaanya, bahwa setiap orang, termasuk beliau disertai setan. Namun Allah memberi beliaiu kekuatan melawan setannya, sehingga setanyapun menjadi Islam. (Sahih Muslim, Kitab sifatil-qiyamati wal-jannati wan-naar, Bab tahrisyi sy-syaitan)
Selain itu, ayat tersebut juga menandakan bahwa Allah senantiasa melimpahkan rahmat-Nya kepada Nabi Muhammad SAW dan mengucapkan pujian terbaik bagi beliau. Para malaikatnya memohonkan maghfirah untuk Rasulullah SAW, dan orang-orang mukmin berdoa untuk derajatnya yang agung. Istilah durud [atau salawat] mencakup semua arti ini.
Makna Shalawat
Hadhrat Masih Mau’ud as telah beberapa kali menafsirkan ayat ini sebagai berikut,
‘Allah dan seluruh malaikat-Nya memohonkan shalawat kepada Nabi yang Mulia ini. Wahai orang-orang yang beriman, kalian juga harus berdoa kepadanya dan memberi salam kepadanya dengan salam damai dengan cinta dan ketulusan yang mendalam.’ (Barahin-e-Ahmadiyya Bagian III, Ruhani Khazain, Vol. 1, hal. 265, catatan kaki 11)
Lebih jauh lagi, Hadhrat Masih Mau’ud as telah menjelaskan di tempat lain:
Allah SWT dan seluruh malaikat-Nya mengirimkan shalawat kepada Rasulullah saw. Wahai orang-orang yang beriman! Hendaknya kamu juga memohon shalawat dan salam kepada Nabi saw.’ [Surah al-Ahzab, 33: 57]
Ayat ini menetapkan bahwa amalan Rasulullah saw sedemikian rupa sehingga Allah tidak tidak membatasi sifat atau pujian kepda Nabi saw dengan menggunakan satu kata. Meskipun sebuah kata bisa saja digunakan, tetapi Tuhan sendiri memilih untuk tidak membatasinya. Ini berarti akhlak dan amal shaleh Nabi saw tidak dapat dijelaskan dengan kata-kata. Ayat seperti ini tidak digunakan untuk memuji nabi lainnya. Jiwa Nabi saw diresapi dengan ketulusan dan kemurnian, dan amal-amal beliau begitu terpuji di sisi Allah sehingga Allah Ta’ala menetapkannya untuk masa yang akan datang bahwa orang-orang di masa mendatang harus mengirimkan shalawat kepada Nabi Muhammad saw sebagai wujud rasa syukurnya.’ (Malfuzat, Vol. 1, 2016, p. 32)
Allah Mengerahkan Semua Sarana untuk Menolong Rasulullah
Selanjutnya salah satu arti shalat adalah permohonan. Tahun lalu, dalam khotbah Jumat, saya telah menjelaskan pentingnya durud sharif atau shalawat, dengan merujuk berbagai referensi dari Hazrat Muslih Maud ra. Saat itu saya juga menjelaskan bahwa ‘shalat’ pada dasarnya berarti permohonan. Jadi, ‘اَللّٰہُمَّ صَلِّ’ diterjemahkan menjadi, ‘Ya Allah, ‘berdoalah’ untuk Nabi Muhammad SAW.
Di sini dua jenis pendoa, pertama pendoa yang dirinya tidak memiliki apa-apa dan ia meminta kepada selain dirinya; kedua adalah doa dari Dzat yang memiliki sesuatu dan memberi kepada selainnya. Ketika kita mengaitkan bahwa ‘Tuhan berdoa untuk Muhammad’, maknanya adalah, Dia memerintahkan makhluk-Nya seperti angin, air, bumi, gunung dll supaya mereka menolong hamba-Nya tersebut. Jadi اَللّٰہُمَّ صَلِّ dapat dipahami, ‘Ya Allah, mohonkanlah segala kebaikan bagi Nabi-Mu, kebaikan segala sesuatu yang ada di langit dan di bumi, dan karunikalah kehormatan dan kemuliaan kepadanya. Apabila Allah Ta’ala telah menetapkan sesuatu, maka hal itu melampaui segalanya. Kita hampir tidak dapat membatasi apa yang dikehendaki Allah. Jadi dengan doa ini kita memohon kepada Allah Ta’ala supaya berkehendak meninggikan kedudukan dan martabat kepada Nabi Muhammad saw yang memungkinan atau menetapkan apapun itu sebagaimana yang Dia kehendaki. (Khotbah Jumat, 30 April 2021)
Ringkasnya, arti dari ‘اِنَّ اللّٰہَ وَمَلٰٓئِکَتَہٗ يُصَلُّوۡنَ عَلَي النَّبِيِّ ؕ يٰۤاَيُّہَا ا لَّذِيۡنَ اٰمَنُوۡا صَلُّوۡا عَلَيۡہِ وَسَلِّمُوۡا تَسۡلِيۡمًا’
bukanlah Allah dan para Malaikat menunaikan shalat untuk Nabi saw, melainkan maknanya adalah Allah dan para Malaikat mengirimkan shalawat kepada Nabi Muhammad. Mereka mengagungkan dan memuliakannya, memohonkan rahmat khusus baginya dan para Malaikat mendoakan supaya beliau mencapai maqam mulia sehingga dia tidak terpengaruh oleh sifat manusia yang berbuat dosa.
Selain itu, ayat tersebut juga menandakan bahwa Allah senantiasa melimpahkan rahmat-Nya kepada Rasulullah saw dan mengucapkan pujian terbaik bagi beliau. Para Malaikat memohonkan maghfirah untuk Rasulullah saw, dan orang-orang mukmin berdoa untuk memintakan derajat yang agung. Kemudian, ketika kita mengaitkan doa kepada Allah artinya Dia memerintahkan ciptaan-Nya seperti angin, air, bumi, gunung dan sebagainya untuk menolong dan membantu hamba-Nya itu.
Karena kita manusia juga merupakan ciptaan Allah, maka kitapun diperintahkan untuk memanjatkan shalawat kepada Rasulullah saw. Hakikat sebenarnya dari memohonkan berkat ini adalah termasuk dengan kita mengikuti ajaran dan perintah-Nya dengan sepenuh hati, jiwa dan seluruh kemampuan kita dan kita berupaya membentuk karakter kita sebagai cermin pengikut sejati beliau.
Sumber: Al Hakam
Average Rating